PSIKOLOGI PENDIDIKAN : Perangkat untuk Mengajar Secara
Efektif
Selayang pandang
psikologi pendidikan
Psikologi adalah studi ilmiah tentang perilaku dan
proses mental. Psikologi Pendidikan
adalah cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara memahami
pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. psikologi pendidikan
adalah bidang yang sangat luas sehingga dibutuhkan satu buah buku tersendiri
untuk menjelaskannya.
Latar Belakang Historis
Ada perintis terkemuka yang muncul di awal sejarah psikologi pendidikan
sebelum awal abad ke-20, yaitu:
William
James
Dia menegaskan pentingnya
mempelajari proses belajar dan mengajar di kelas guna meningkatkan mutu
pendidikan. Dan inti dari pendapatnya bahwa "mulai mengajar pada titik
yang sedikit lebih tinggi diatas tingkat penegtahuan dan pemahaman anak dengan
tujuan untuk memperluas cakrawala pemikiran anak".
John Dewey
Dewey
percaya bahwa anak-anak akanbelajar lebih baik jika mereka aktif. Anak-anak
seharusnya tidak hanya mendapat pelajaran akademik saja, tetapi juga harus
diajari cara untuk berpikir dan beradaptasi dengan dunia di luar sekolah.
E.L.
Thorndike
Menurut
Thorndike, salah satu tugas pendidikan di sekolah yang paling penting adalah
menanamkan keahlian penalaran anak. Dan Teori yang terkenal dari Thorndike
adalahLaw of Effect, yaitu perilaku yang diikuti oleh hasil positif akan
dikuatkan, sementara perilaku yang diikuti dengan hasil negatif akan melemah.
Mengajar di
satu sisi adalah ilmu pengetahuan dalam hal mendidik (pedagogi) dan di satu
sisi adalah seni. Mengajar membutuhkan pengetahuan agar strategi yang digunakan
tepat dengan perkembangan belajar anak sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Namun demikian, tidak semua kejadian di dalam kelas merupakan
persoalan pembelajran semata. Terdapat banyak persoalan kelas yang tidak
terduga, yang sering tidak berkaitan langsung dengan proses belajar seperti
komunikasi, relasi, pengaturan waktu, hubungan antar guru, permasalahan
kehidupan keluarga murid, masalah pribadi guru itu sendiri, dan lain sebagainya
yang memiliki dampak pada proses belajar mereka. Untuk mengatasi berbagai
persoalan dibutuhkan “seni” agar penanganan yang diberikan dapat memotivasi
kelas mencapai tujuan pembelajaran mereka. Mengajar membutuhkan beberapa hal
yang utama yaitu: pengetahuan, keahlian professional, komitmen, dan motivasi.
Cara Mengajar Efektif
A. Pengetahuan dan
Keahlian Profesional
Guru yang
efektif memiliki pengetahuan dan keahlian professional dengan beberapa
pemahaman dan penguasaan sebagai berikut (Santrock, 2012):
1. Menguasai
materi pembelajaran. Guru yang efektif harus berpengetahuan, fleksibel, dan
memahami materi. Pengetahuan akan subjek materi perlu didukung dengan
dasar-dasar penataan materi dan kemampuan untuk mengaitkan berbagai gagasan,
cara berpikir, dan berargumentasi.
2. Memahami
strategi pengajaran. Guru yang efektif memahami dan menerapkan strategi yang
tepat dalam proses pembelajaran. Guru dapat menggunakan berbagai strategi
mengajar yang inspiratif, seperti ceramah, diskusi, tanya jawab kooperatif, dan
lain sebagainya. Metode ceramah dan tanya jawab yang inspiratif masih merupakan
metode klasik yang efektif bagi pembelajaran tradisional. Sedangkan metode
pembelajaran dengan filsafat konstruktivisme lebih banyak menggunakan
strategi cooperative learning, problem based learning,dan inquiry
learning.
3. Memiliki
keahlian akan tujuan dan perencanaan pengajaran. Guru yang efektif menetapkan
tujuan pembelajaran dilakukan dengan rencana pengajaran, kriteria, dan
pengorganisasian pelajaran agar murid mendapatkan hasil pembelajaran yang
maksimal. Dalam perencanaan pengajaran, guru memikirkan proses pembelajaran
yang kreatif, menarik, dan inspiratif bagi murid di dalam kelas.
4. Memiliki
keahlian manajemen kelas. Guru yang efektif memiliki keahlian untuk mengatur
penataan dan prosedur pengajaran, mengorganisasi kelompok, menetapkan peraturan
dan prosedur kelas, mengaktifkan kelas, dan menanganni tindakan murid yang
menganggu kelas.
5. Memiliki
keahlian memotivasi. Guru yang efektif memiliki kemampuan untuk memberikan
motivasi bagi para muridnya agar mau belajar. Motivasi pada diri anak juga
dapat di bangun dengan memberi siswa kesempatan lebih banyak untuk belajar di
dunia nyata agar murid memiliki kesempatan belajar tentang sesuatu yang baru
dan menantang.
6. Memiliki
keahlian komunikasi. Guru yang efektif memiliki keahlian berkomunikasi,
berbicara, mendengar, mengatasi hambatan komunikasi verbal, memahami komunikasi
nonverbal, dan mampu mengatasi konflik yang konstruktif.
7. Memiliki
kemampuan bekerja secara efektif dengan murid dari latar belakang budaya yang
berlainan. Guru yang efektif memahami latar belakang budaya dan kebiasaan etnis
murid yang berbeda-beda agar dapat peka terhadap kebutuhan mereka. Guru perlu
membimbing para murid ke sikap kritis tentang isu budaya dan etnis untuk
mengurangi bias dengan menanamkan siat saling menerima dan bertindak sebagai
mediator budaya.
8. Memiliki
keahlian teknologi. Guru yang efektif memiliki keahlian teknologi informasi
sehingga memudahkan tugas administrasi pendidikannya tentang perencanaan,
proses, dan penilaian pembelajaran. Penguasaan teknologi informasi akan memberi
guru kemampuan mengintegrasikan teknologi informasi yang memungkinkan proses
pembelajaran dapat berupa dukungan sistem manajemen pembelajaran dan dukungan
proses pembelajaran. Namun demikian, perlu disadari bahwa teknologi tidak
selalu meningkatkan kemampuan belajar murid. Selain itu, kemampuan teknologi
informasi tidaklah dapat menggantikan peran guru yang menjadi teladan dalam
kehidupan murid.
B. Komitmen
dan Motivasi
Menjadi guru
yang efektif membutuhkan komitmen dan motivasi. Komitmen dan motivasi akan
dapat mendukung kuat guru untuk melewati masa-masa yang sulit dan melelahkan
dalam mengajar. Guru perlu memiliki misi untuk menjadi guru yang efektif bagi
murid-muridnya dan guru yang berhasil bagi proses pembelajaran mereka. Semakin
berkualitas pendidik, semakin berharga dirinya di mata murid. Ia akan menjadi
guru yang akan dihargai dan dihormati murid-muridnya. Hal ini dapat
meningkatkan komitmen pendidik dalam pelayanannya di dunia pendidikan.
Riset
dalam Psikologi Pendidikan
Metode Penelitian
Mengumpulkan
informasi atau data merupakan aspek yang penting dari penelitian. Ketika para
peneliti psikologi pendidikan ingin
mengetahui – misalnya, apakah sering bermain video games dapat mengurangi
pembelajaran siswa, menyantap makanan bergizi dapat meningkatkan perhatian di
kelas, atau waktu istirahat yang banyak bisa mengurangi ketidakhadiran – mereka
bisa memilih dari banyak metode pengumpulan informasi penelitian.
Tiga metode dasar yang digunakan untuk mengumpulkan informasi dalam psikologi pendidikan adalah deskriptif, korelasional, dan eksperimental.
Tiga metode dasar yang digunakan untuk mengumpulkan informasi dalam psikologi pendidikan adalah deskriptif, korelasional, dan eksperimental.
|
Penelitian Deskriptif
Tujuan dari
metode penelitian ini adalah mengamati dan merekam perilaku. Penelitian
deskriptif tidak bisa membuktikan apa yang menyebabkan beberapa fenomena,
tetapi penelitian ini bisa memperlihatkan informasi penting tentang perilaku
dan sikap seseorang
Observasi
Observasi
Observasi
ilmiah sangatlah sistematis, seorang peneliti diharuskan mengetahui apa yang ia
cari, melakukan observasi secara adil, dengan akurat merekam dan
mengkategorikan apa yang ia lihat, dan secara efektif mengkomunikasikan
observasinya. Cara
umum untuk merekam observasi adalah dengan menuliskannya dengan steno atau
simbol. Selain itu, perekam, kamera video, lembar kode khusus, cermin satu
arah, dan komputer semakin sering digunakan agar observasi menjadi semakin
akurat, dapat dipercaya, dan efisien.
Observasi Naturalistis (naturalistic observation) sejenis observasi yang dilakukan secara alamiah. Dalam hal ini, peneliti berada di luar objek yang diteliti atau tidak menampakkan diri sebagai orang yang sedang melakukan penelitian
Observasi Partisipan (participant observation) terjadi ketika peneliti atau pengamat terlibat secara aktif sebagai seorang partisipan dalam sebuah aktivitas atau situasi .
Wawancara dan Kuesioner
Observasi Naturalistis (naturalistic observation) sejenis observasi yang dilakukan secara alamiah. Dalam hal ini, peneliti berada di luar objek yang diteliti atau tidak menampakkan diri sebagai orang yang sedang melakukan penelitian
Observasi Partisipan (participant observation) terjadi ketika peneliti atau pengamat terlibat secara aktif sebagai seorang partisipan dalam sebuah aktivitas atau situasi .
Wawancara dan Kuesioner
Para
psikolog pendidikan menggunakan wawancara dan kuesioner (survei) untuk mencaru
tahu tentang pengalaman, keyakinan, dan perasaan anak-anak atau para guru.
Wawancara dan survey yang bagus mencakup pertanyaan yang konkret, spesifik, dan
tidak ambigu, serta beberapa cara untuk memastikan keaslian jawaban responden .
Salah satu masalah yang terpenting adalah bahwa banyak individu memberikan jawaban yang diinginkan oleh lingkungan social (social desirable answer), merespon dalam cara yang mereka kira merupakan yang paling diterima dan diinginkan oleh masyarakat daripada bagaimana sebenarnya pemikiran atau perasaan mereka (Babbie, 2005, dalam Santrock, 2011). Teknik melakukan wawancara dengan terampil dan pertanyaan yang dapat meningkatkan respons yang jujur, sangatlah penting untuk mendapatkan informasi yang akurat . Masalah lain dari wawancara dan survey adalah bahwa para responden terkadang berbohong.
Tes Terstandardisasi
Tes
terstandardisasi memiliki prosedur yang sama untuk administrasi dan skoringnya.
Tes ini menilai ketangkasan dan keterampilan siswa dalam bidang yang berbeda.
Tes ini bisa memberikan ukuran hasil untuk studi penelitian, informasi yang
membantu para psikolog dan pendidik membuat keputusan tentang seorang siswa,
dan perbandingan prestasi siswa lintas sekolah, wilayah, atau negara .
Studi Kasus
Studi Kasus
Studi kasus
adalah suatu penelitian yang mendalam terhadap seseorang. Studi kasus sering
digunakan ketika suatu keadaan tertentu dalam kehidupan seseorang yang tidak
bisa ditiru, baik untuk alasan praktis maupun etis. Meskipun studi kasus
memberikan gambaran yang dramatis dan mendalam tentang kehidupan seseorang,
seorang peneliti harus memperhatikan interpretasinya . Subjek dari kasus ini unik,
dengan komposisi genetic dan serangkaian pengalaman yang tidak dimiliki oleh
siapapun. Untuk alasan ini, penemuan tersebut seringkali tidak sesuai untuk
analisis statistic dan mungkin tidak sama untuk orang lain.
Studi Etnografis
Studi Etnografis
Terdiri atas
deskripsi yang mendalam dan interpretasi perilaku dalam sebuah kelompok budaya
atau etnis yang mencakup keterlibatan langsung dengan partisipan. Jenis studi
ini meliputi observasi dalam keadaan alami dan wawancara, biasanya studi
etnografis merupakan proyek jangka panjang
Riset Korelasional
Tujuan
penelitian ini adalah untuk medeskripsikan kekuatan hubungan antara dua atau
lebih peristiwa atau sifat. Penelitian korelasional sangat bermanfaat karena
semakin kuat dua peristiwa berkorelasi (berhubungan atau berkaitan), semakin
efektif peneliti memprediksikan satu dari yang lain, korelasi tidaklah sama
dengan sebab akibat.
Variabel dapat berkorelasi positif, berkorelasi negatif, atau tidak berkorelasi. Contoh dari korelasi positif adalah hubungan antara prestasi membaca dan prestasi matematika. Secara umum, seseorang yang memiliki kemampuan membaca di atas rata-rata juga akan memiliki kemampuan matematika di atas rata-rata. Tentu saja, beberapa siswa yang mahir membaca mungkin saja tidak mahir dalam matematika, dan sebaliknya. Tapi rata-rata, keterampilan dalam satu bidang akademis berkorelasi positif dengan keterampilan dalam bidang akademik lainnya. Ketika salah satu variabel tinggi, yang lain juga cenderung tinggi. Contoh dari korelasi negatif adalah hari absen dan nilai. Semakin sering siswa tidak hadir di kelas, nilainya akan cenderung semakin rendah, ketika salah satu variabel tinggi, yang lain cenderung rendah. Dengan variabel berkorelasi, sebaliknya, tidak ada korespondensi antara mereka
Riset Eksperimental
Variabel dapat berkorelasi positif, berkorelasi negatif, atau tidak berkorelasi. Contoh dari korelasi positif adalah hubungan antara prestasi membaca dan prestasi matematika. Secara umum, seseorang yang memiliki kemampuan membaca di atas rata-rata juga akan memiliki kemampuan matematika di atas rata-rata. Tentu saja, beberapa siswa yang mahir membaca mungkin saja tidak mahir dalam matematika, dan sebaliknya. Tapi rata-rata, keterampilan dalam satu bidang akademis berkorelasi positif dengan keterampilan dalam bidang akademik lainnya. Ketika salah satu variabel tinggi, yang lain juga cenderung tinggi. Contoh dari korelasi negatif adalah hari absen dan nilai. Semakin sering siswa tidak hadir di kelas, nilainya akan cenderung semakin rendah, ketika salah satu variabel tinggi, yang lain cenderung rendah. Dengan variabel berkorelasi, sebaliknya, tidak ada korespondensi antara mereka
Riset Eksperimental
Penelitian
eksperimental memungkinkan para psikolog pendidikan untuk menentukan
sebab-akibat perilaku. Penelitian eksperimental merupakan satu-satunya metode
yang bisa dipercaya untuk menentukan penyebab dan dampak. Eksperimen melibatkan
setidaknya satu variable independen dan satu variable dependen. Variabel
independen adalah faktor yang dimanipulasi, eksperimental, dan berpengaruh.
Label independen mengindikasikan bahwa variable ini bisa diubah secara
independen dengan faktor yang lain. Variabel dependen adalah faktor yang diukur
dalam sebuah eksperimen. Variable ini bisa berubah ketika variable independen
dimanipulasi. Label dependen digunakan karena nilai dari variable ini
bergantung pada apa yang terjadi pada para partisipan dalam eksperimen tersebut
ketika variable independen dimanipulasi.
Dalam eksperimen, variable independen terdiri atas pengalaman yang berbeda yang diberikan kepada satu atau lebih kelompok eksperimental dan satu atau lebih kelompok control. Kelompok eksperimental adalah kelompok yang pengalamannya dimanipulasi. Kelompok control adalah kelompok perbandingan yang diperlakukan sama seperti kelompok eksperimental, kecuali untuk faktor yang dimanipulasi. Kelompok control berfungsi sebagai dasar yang bisa dibandingkan dengan dampak dari kondisi yang dimanipulasi.
Prinsip penelitian eksperimen yang penting lainnya adalah penempatan acak (random assignment). Para peneliti menentukn para partisipan dalam kelompok eksperimental dan control secara acak. Hal ini untuk mengurangi kemungkinan bahwa hasil dari eksperimen tersebut muncul dari perbedaan yang sebelumnya telah ada di antara kelompok-kelompok tersebut
Dalam eksperimen, variable independen terdiri atas pengalaman yang berbeda yang diberikan kepada satu atau lebih kelompok eksperimental dan satu atau lebih kelompok control. Kelompok eksperimental adalah kelompok yang pengalamannya dimanipulasi. Kelompok control adalah kelompok perbandingan yang diperlakukan sama seperti kelompok eksperimental, kecuali untuk faktor yang dimanipulasi. Kelompok control berfungsi sebagai dasar yang bisa dibandingkan dengan dampak dari kondisi yang dimanipulasi.
Prinsip penelitian eksperimen yang penting lainnya adalah penempatan acak (random assignment). Para peneliti menentukn para partisipan dalam kelompok eksperimental dan control secara acak. Hal ini untuk mengurangi kemungkinan bahwa hasil dari eksperimen tersebut muncul dari perbedaan yang sebelumnya telah ada di antara kelompok-kelompok tersebut
0 komentar:
Posting Komentar