Manajemen kelas pada
siswa kelas 12 di SMK Nusa Penida
Tugas
observasi SMK oleh kelompok :
- Via Dwi Wulandari 161301003
- Helen Oktavia S 161301006
- Fernaldo Frans 161301021
- Erika Sustari 161301031
- Vania Salsabyla 161301033
- Risky Amelia Saragih 161301061
- M Prananda Sikumbang 161301068
Topik :
Suasana kelas dan cara pengajaran guru dikelas pada siswa SMK
Judul:
Manajemen Kelas pada siswa kelas 12 di SMK Nusa Penida
Perencanaan
Pendahuluan
Untuk
memiliki skill tertentu pada zaman sekarang ini sangatlah dibutuhkan. Dimana,
banyaknya tenaga kerja terlihat lebih berkualitas dan kompeten jika ia tidak
hanya memiliki wawasan yang luas, namun juga memiliki skill tertentu. Hal ini
berkaitan dengan susahnya untuk menjadi anggota suatu perusahaan ataupun
membuka suatu lapangan kerja tanpa sebuah skill yang baik. Adapun topik
tersebut kami pilih karena kualitas seorang manusia itu bisa ditentukan oleh
salah satunya skill atau kemahiran tertentu yang dimiliki, pada saat masa
pembelajaran, suasana dan cara penyampaian pengajar sangatlah berpengaruh untuk
proses dan perkembangan berpikir. Disini kami membahas tentang bagaimana
manajemen kelas tersebut karena pembelajaran yang efektif didasari oleh
penyampaian pengajar dan kekondusifan kelas saat pembelajaran berlangsung. Jika
kelas memiliki manajemen kelas yang baik, para murid maupun pengajar akan
memiliki energi positif yang akan menciptakan suasana dan pemikiran yang baik dalam
melaksanakan pembelajaran, dan tentunya suasana tempat belajar dan cara penyampaian
pengajar sangat baik maka daya serap siswa juga akan bekerja dengan maksimal
Objek yang
kami pilih dalam penelitian ini adalah murid kelas 3 SMK Nusa Penida, Medan.
Sekolah ini kami pilih karena skill yang baik harusnya dibentuk dan diasah
sejak dini, dan SMK Nusa Penida ini adalah sebuah sekolah kejuruan dimana para
murid telah belajar ditempat atau kejuruan yang mereka tentukan untuk lebih
memfokuskan minat mereka. Dengan memilih sekolah kejuruan, para murid dapat
mengasah skill mereka dengan mempelajarinya sejak dini, karena banyak murid di sekolah
biasa tentunya belum bisa memilih minat mereka.
Penelitian
ini bertujuan untuk melihat keantusiasan siswa dalam belajar dan melihat
bagaimana dukungan atau arahan pengajar dalam memotivasi siswa untuk selalu
meningkatkan semangat murid kelas 12 dalam belajar.
Landasan
Teori
A. Tinjauan
Tentang Pengelolaan Kelas
Pendidik
memegang peran yang sangat penting dalam keberhasilan proses belajar mengajar.
Ada banyak indikator yang menunjukkan pendidik tersebut berhasil dalam
mengajarnya, di antara indikator tersebut yaitu seorang pendidik harus
menguasai materi atau bahan pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta
didik, memiliki kemampuan berinteraktisi yang baik dengan peserta didik, mampu
memilih dan menggunakan metode, startegi dan media yang sesuai dengan materi
yang diajarkan, mampu mendesain pembelajaran dengan baik, selain itu pendidik
mampu menciptakan atmosfer “suasana” kelas yang mendukung kegiatan belajar
mengajar. Mengajar merupakan usaha yang dilakukan oleh pendidik dalam
mengorganisasi lingkungan belajar sehingga menciptakan kondisi yang
menyenangkan serta untuk memotivasi peserta didik agar lebih bersemangat dalam
mengikuti pembelajaran. Oleh karenanya kegiatan pembelajaran yang sangat penting
adalah terletak pada kearifan dalam mengorganisasi lingkungan.
Proses
pembelajaran yang baik akan meminimalkan kemungkinan terjadinya kegagalan dalam
pembelajaran. Oleh karenanya, sangat penting bagi pendidik memiliki kemampuan
dalam mengola kelas dengan baik, menciptakan suasana kelas yang harmonis
sehingga pembelajaran berjalan dengan optimal. Beberapa indikator tersebut
adalah ciri dari guru yang mampu menguasai kelas atau mengola kelas dengan baik
sehingga keberhasilan dalam belajar mengajar tercapai.
1. Pengertian dan Tujuan Pengelolaan Kelas
Pengelolaan
kelas terdiri dari dua suka kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Jika dilihat
dalam kamus besar bahasa Indonesia pengelolaan merupakan proses yang memberikan
pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan
pencapaian tujuan.
Pengertian
kelas dalam arti bahasa adalah ruang tempat belajar di sekolah atau juga bisa
diartikan sebagai sekelompok masyarakat berdasarkan pendidikan, penghasilan,
kekuasaan,Proses Belajar Mengajar,
Menurut
Arikunto, kelas tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam
pengertian yang lebih spesifik seperti
yang telah dikenal dalam dunia pendidikan, kelas merupakan sekumpulan siswa
yang menerima mata pelajaran yang sama dari seorang pendidik yang sama dan
dalam waktu yang sama pula.
Pengelolaan
kelas adalah kemampuan guru dalam menciptakan suasana belajar yang optimal
serta dapat mengatasi berbagai masalah yang timbul dalam kelas selama proses
belajar mengajar. Berbagai upaya dalam menciptakan suasana belajar yang optimal
antara lain dengan menata ruangan/fisik kelas dengan baik, penataan kursi dan
bangku peserta didik serta berbagai sarana dan prasarana yang ada didalam
kelas, selain mengola fisik kelas pendidik juga harus mengola sistem
pembelajaran yang baik agar peserta didik mampu menerima materi yang
disampaikan pendidik secara maksimal dengan lebih nyaman, menyenangkan dan
dinamis di dalam kelas.
Pengelolaan
kelas menurut Ahmad Rohani adalah merujuk kepada kegiatan-kegiatan yang menciptakan
dan mempertahankan kondisi optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan
“raport”, penghentian tingkah laku peserta didik yang menyelewengkan perhatian
kelas, pemberian ganjaran bagi ketetapan waktu penyelesaian tugas oleh
penetapan norma kelompok yang produktif dan sebagainya).
Menurut
Sudarwan Danim manajemen kelas atau pengelolaan kelas dapat didefinisikan
sebagai berikut :
a. Pengelolaan kelas adalah seni atau
parksis (praktik dan startegi) kerja yaitu pendidik bekerja secara individu, dengan
atau melalui orang lain untuk mengoptimalkan sumber daya kelas bagi penciptaan
proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Yang dimaksud dengan sumber daya
kelas adalah instrument, proses pembelajaran sebagai inti dan hasil belajar
sebagai muaranya
b. Pengelolaan kelas merupakan proses
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang dilakukan oleh pendidik, baik
individu maupun dengan orang lain untuk mengoptimalkan proses pembelajaran.
Kata perencanaan pembelajaran dan unsur-unsur penunjangnyaPelaksanaan bermakna
proses pembelajaran sedangkan evaluasi bermakna evaluasi pembelajaran yang
terdiri dari dua jenis yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil pembelajaran
c. Pengelolaan kelas merupakan proses
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang dilakukan oleh
pendidik baik individu maupun dengan orang lain untuk mencapai tujuan 22 Ahmad
Rohani, Pengelolaan Pengajaran pembelajaran yang efektif dan efisien dengan
cara memanfatkan segala sumber daya yang ada.
Salman
Rusydie mendefinisikan pengelolaan kelas yang tak jauh beda dari tokoh-tokoh
diatas, menurutnya pengelolaan kelas merupakan usaha yang dilakukan secara
sadar untuk mengatur agar proses belajar mengajar dapat berjalan secara
sistematis. Usaha tersebut mengarah pada persiapan materi yang akan diajarkan,
persiapan berbagai sarana dan prasarana atau alat peraga jika ada, pengaturan
fisik kelas (ruang belajar), mewujudkan situasi dan kondisi belajar yang nyaman
sehingga tidak membosankan bagi peserta didik dan pengaturan waktu yang baik
serta terus mengontrol jalannya pembelajaran dari awal hingga akhir dengan baik
sehingga tujuan kurikulum dapat tercapai.
Sedangkan
pengelolaan kelas menurut Mulyasa yang dikutip oleh Martinis Yamin dan Maisah
dalam bukunya “Manajemen Pembelajaran Kelas” mengatakan bahwa pengelolaan kelas
merupakan keterampilan pendidik dalam menciptakan iklim/suasana pembelajaran
yang kondusif dan efektif serta kemampuan dalam mengendalikannya jika terjadi
gangguan dalam pembelajaran.
Ada
beberapa indikator dalam menentukan keberhasilan mengelola kelas, Menurut
Edmund, Emmer dan Caroly Evertson yang dikutip oleh Sri Esti Wuryani
Djiwandono, bahwa indikator keberhasilan dari pengelolaan kelas adalah sebagai
berikut :
1. Tingkah laku guru yang dapat
menghasilkan prestasi siswa yang tinggi karena keterlibatan siswa dikelas
2. Tingkah laku siswa yang tidak banyak
menganggu kegiatan guru dan siswa lain 3. Menggunakan waktu belajar yang
efisien.
Jadi dapat
disimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah suatu kegiatan terencana yang dilakukan
oleh pendidik dalam mengola kelas dengan menggunakan sumber daya yang ada. Baik
dari segi fisik kelas maupun material. Dari segi fisik misalnya dalam mengola
bangku serta sarana dan prasana yang ada, sedangkan dari segi material terdiri
dari kemampuan pendidik dalam berinteraksi dengan peserta didik, kemampuan
pendidik dalam menggunakan metode serta strategi yang tepat dan kemampuan
pendidik dalam menggunakan media yang sesuai. Dan yang tidak kalah pentingnya
adalah dengan mengola kelas dengan baik pendidik dapat dengan mudah mengatasi
berbagai masalah yang muncul selama proses pembelajaran.
Semua hal
tersebut dimaksudkan untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif sehingga
peserta didik menjadi lebih nyaman dan menyenangkan selama proses belajar mengajar
serta peserta didik dapat mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki dengan begitu
tujuan pendidikan akan tercapai dengan maksimal.
2. Pendekatan Pengelolaan Kelas
Pengelolaan
kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, melaikan ada beberapa faktor yang
mempengaruhinya. Permasalahan yang timbul dari peserta didik merupakan faktor
utama yang terkait langsung dengan pengelolaan kelas. Oleh karenanya ada
beberapa pendekatan yang dapat diaplikasikan didalam mengola kelas yang sesuai
dengan masalahmasalah yang terjadi. Karena pada intinya pendekatan tersebut
ditujukan untuk meningkatkan kegairahan peserta didik dalam kegiatan belajar
mengajar baik secara individual maupun secara berkelompok. Pendekatan tersebut
antara lain:
a. Pendekatan konseling
Kedisiplinan
peserta didik menjadi fokus utama dalam pengelolaan kelas dan menjadi faktor
yang sangat mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar. Peserta didik yang
mempunyai masalah dan yang sering melakukan penyimpangan harus mendapat
perhatian utama dan penanganan khusus daripada peserta didik yang lainnya.
Dalam hal
ini pendidik harus aktif dalam melakukan pengawasan terhadap peserta didik.
Pendekatan konseling ini menempatkan pendidik untuk selalu berupaya dalam
mengenali masalah yang dimiliki oleh setiap peserta didik sekaligus mampu
memberikan solusi untuk memecahkan masalahnya. Selain itu pendidik harus mampu
membantu peserta didik untuk mengenali diri mereka sendiri sehingga peserta
didik mampu mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya.
Dengan begitu
apabila pendidik menguasai dalam pendekatan konseling ini maka proses belajar
mengajar dikelas akan berjalan lancar sesuai dengan apa yang telah direncanakan
b. Pendekatan perubahan tingkah laku
Pendekatan
perubahan tingkah laku dalam pengelolaan kelas dimaksudkan merubah tingkah laku
peserta didik dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Agar pengelolaan kelas
dapat tercapai dengan baik, berjalan dengan efektif, maka pendidik harus
melakukan pendekatan perubahan tingkah laku.
Peran
pendidik dalam pendekatan ini adalah mengembangkan tingkah laku yang baik dari
peserta didik dan mencegah tingkah laku yang kurang baik dari peserta didik.
Dalam hal ini pendidik berupaya merubah tingkah laku peserta didik misalnya
dengan memberikan reward kepada peserta didik. Ada dua macam reward dalam dunia
pendidikan, yaitu:
1) Reward
Positif
Reward
positif diberikan kepada peserta didik yang berprestasi, peserta didik yang
bertingkah laku baik dan peserta didik yang menampilkan sikap positif ketika
dalam proses belajar mengajar.
Reward
positif bisa dengan memberikan pujian didepan teman-temannya atau juga dengan
cara memberikan nilai tambahan kepada peserta didik tersebut.
2) Reward
Negatif
Pada
umumnya peserta didik yang menyimpang akan diberikan hukuman/punishment, tetapi
memberikan hukuman pada dasarnya tidak diperbolehkan dalam proses pebelajaran
dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Maka untuk menangani peserta
didik yang bermasalah atau yang menyimpang, pendidik dapat memberikanya reward
negatif.
Reward negatif
bisa berupa pengurangan nilai atau juga dengan memberikan tugas tambahan untuk
peserta didik yang bersangkutan. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik jera
dan tidak akan mengulangi perbuatan menyimpang sehingga secara perlahan masalah
tentang tingkah laku peserta didik yang menyimpang atau kurang baik akan
berubah menjadi baik.
c. Pendekatan kekuasaan
Pengelolaan
kelas dapat diartikan sebagai proses mengontrol tingkah laku peserta didik
didalam proses pembelajaran. Menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas
secara kondusif merupakan peran yang sangat penting bagi pendidik. Pendidik
memiliki kekuasaan untuk memerintah peserta didik agar tetap disiplin dan
mentaati aturan/norma yang telah disepakati bersama antara pendidik dan peserta
didik. Pendidik melakukan pendekatan tersebut melalui kekuasaan dalam bentuk
norma yang telah disepakati tersebut.
Dengan
demikian, fungsi pendidik sebagai individu yang berkuasa didalam kelas perlu
dipahami dan diterapkan dengan baik, agar peserta didik dapat mencapai tujuan
belajar dan pembelajaran dengan baik.
d. Pendekatan ancaman
Ancaman
juga dapat dijadikan salah satu pendekatan yang perlu dilakukan pendidik untuk
menertibkan peserta didik, memenejemen kelas dengan baik. Namun perlu
ditekankan lagi bahwa pendekatakan ancaman ini hanya boleh dilakukan ketika
kelas sudah tidak bisa diatur lagi dan ketika sudah mencoba menggunakan
pendekatan lain tetapi suasana kelas masih gaduh dan tidak bisa dikendalikan.
Pelaksanaan
dari pendekatan ancama ini seperti melarang untuk melakukan sesuatu, mengejek,
menyindir dan memaksa peserta didik. Namun yang harus diingat bahwa memberi
ancaman kepada peserta didik harus dalam koridor kewajaran dan diusahakan tidak
melukai perasaan peserta didik. Apabila ancaman yang dilakukan pendidik sangat
berlebihan, seperti mengejek didapan kelas sehingga semua peserta didik yang
lainnya mengerti atau membandingbandingkan, memukul ataupun memaksa yang
keterlaluan maka bisa jadi hal itu akan melukai perasaaan siswa. Hal ini
ditakutkan siswa menjadi tidak bersemangat lagi mengikuti pelajaran karena rasa
malu ataupun rasa dendam kepada pendidik yang telah memberikan ancaman dan
mereka bertindak semakin represif didalam kelas.
Pada
dasarnya pendekatan ancaman ini termasuk pendekatan yang tidak popular dan
sudah seharusnya ditinggal. Karena dianggap melanggar hak asasi manusia. Di era
modern ini, paradigma baru dalam dunia pendidikan terkait pengelolaan kelas
sudah menghendaki pendekatan yang bersifat keadilan, demokratis, manusiawi dan
egaliter. Oleh karenanya pendekatan ancaman sebaiknya ditinggalkan dan hanya
boleh digunakan ketika kelas benar-benar tidak dapat dikendalikan.
e. Pendekatan kebebasan
Lain halnya
dengan pendekatan kekuasaan dan pendekatan ancaman, pendekatan kebebasan
merupakan suatu pendekatan dimana guru mengupayakan terciptanya kebebasan untuk
peserta didik dalam mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja.
Namun,
pendekatakan ini dinilai dapat menganggu kewibawaan pendidik dan memberikan
kesempatan kepada pendidik untuk meninggalkan kedisiplinan. Pendekatan ini
didasarkan pada sebuah asumsi bahwa pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu
proses yang membantu peserta didk agar merasa bebas untuk mengejarakan apapun
kapan saja dan dimana saja.
f. Pendekatan resep
Pendekatan
ini dilakukan dengan cara membuat daftar yang dapat menggambarkan segala
sesuatu yang boleh atau tidak boleh dilakukan oleh pendidik dalam mereaksi
semua masalah atau situasi yang terjadi didalam kelas. Tugas pendidik disini
adalah mengikuti petunjuk sesuai dengan yang tertulis dalam resep.
g. Pendekatan disiplin diri
Bukan hanya
pendidik yang dapat menentukan atau menilai peserta didik, melainkan peserta
didik juga harus mampu membangun kepercayaan pada dirinya sendiri, mampu
menciptakan disiplin diri untuk dapat menilai dan mengubah tingkah lakunya.
Pendekatan ini memandang bahwa pengelolaan kelasberfungsi sebagai kecakapan
peserta didik untuk membangun dan memelihara hubungan pekerjaan pendidik dengan
peserta didik.
h. Pendekatan sosioemosional
Pendekatan
ini berupaya untuk menciptakan iklim sosioemosional yang positif dalam kelas.
Hubungan sosioemosial yang dimaksud adalah hubungan yang baik antara pendidik
dengan peserta didik serta antara peserta didik dengan peserta didik lainnya.
i. Pendekatan proses kelompok
Pendekatan
proses kelompok merupakan suatu upaya yang dilakukan pendidik dalam
mengelompokkan peserta didik ke dalam beberapa kelompok dengan berbagai
pertimbangan demi menciptakan suasana kelas yang bergairah dan aktif bagi
setiap peserta didik.
j. Pendekatan pluralistic
Pendekatan
ini merupakan suatu pendekatan yang memberikan kebebasan kepada pendidik untuk
memilih serta menggunakan berbagai pendekatan lainnya yang sesuai dengan
suasana yang dihadapi demi terciptanya iklim pembelajaran yang kondusif dan terarah.
3. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas
Mengola
kelas bukanlah suatu hal yang dapat dengan mudah dan ringan dilakukan. Secara
umum ada dua faktor masalah yang dapat timbul dalam kelas, yaitu faktor
internal peserta didik dan faktor eksternal peserta didik.
Faktor
internal yang ditimbulkan dari peserta didik kerap sekali berhubungan dengan
masalah emosi, pikiran dan perilaku. Kepribadian dari peserta didik yang
berbeda-beda dengan ciri khas yang berbeda-beda pula baik dari segi biologis,
intelektual maupun psikologi. Hal ini membutuhkan penanganan yang ekstra dan
harus dikelola dengan arif, bijaksana dan dewasa. Sedangkan faktor eksternal
yang timbul dari peserta didik terkait dengan masalah suasana lingkungan
belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa dalam kelas dan
lain sebagainya.
Ada konsep
fisik dan konsep sosial didalam kelas, pendidik harus mampu mengola kedua aspek
tersebut agar proses pembelajaran berjalan dengan baik secara efektif. Dalam
konteks ini, pendidik bertugas menciptakan, memperbaiki dan memelihara sistem
atau organisasi kelas. Karena itu, kondisi kelas merupakan hal yang sangat
penting dalam keberhasilan proses pembelajaran dan supaya tujuan dari
pengelolaan kelas itu tercapai, yaitu memotivasi serta merangsang peserta didik
agar aktif dalam pembelajaran.
Sehubungan
dengan hal tersebut maka dalam pengelolaan kelas terdapat beberapa prinsip yang
harus dilaksanakan demi kelancaran dan keberhasilan serta untuk memperkecil
timbulnya masalah atau gangguan dalam mengola kelas. Prinsip-prinsip tersebut
antara lain:
a. Prinsip kehangatan dan antusias.
Misalnya
dengan cara mendekati peserta didik dan menanyakan persoalan yang mungkin di
alami oleh peserta didik maka disitu pendidik harus mampu memberikan solusi
atas persoalan yang dialami oleh peserta didik. Dalam hal ini pendidik bukan
hanya menjadi pendidik tetapi juga sebagai konsultan bagi peserta didiknya.
b. Menciptakan berbagai tantangan
Pada
umumnya peserta didik sangat tertarik dengan suatu tantangan. Memulai pelajaran
dengan memberikan beberapa tantangan kepada peserta didik akan membangkitkan
motivasi yang sangat tinggi dan dapat menumbuhkan antusiasme siswa belajar.
Memberi
tantangan kepada peserta didik di awal pembelajaran itu dapat digunakan untuk
memancing perhatian peserta didik, selain itu juga akan dapat membangkitkan
semangat belajar meraka. Sehingga menimbulkan perasaan tertantang pada peserta
didik yang dapat mengunggah rasa antusiasme peserta didik untuk berfikir lebih
lagi dari biasanya dan dapat lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran.
Selain itu
hal ini memungkinkan seorang pendidik akan selalu bersemangat dan terus belajar
dalam mengatasi berbagai hal yang dapat mengurangi kemungkinan terjadinya
perilaku yang menyimpang. Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh oleh
pendidik dalam memberikan tantangan, antara lain:
1) Melakukan evaluasi
Mengadakan
evaluasi secara sederhana setiap selesai meyampaikan materi pembelajaran.
Selain itu bisa dengan mengadakan evaluasi di awal pelajaran dengan melontarkan
beberapa pertanyaan yang terkait pengetahuan secara umum sesuai dengan materi
yang akan disampaikan
Dalam
memberikan evaluasi pendidik dapat menyampaikannya melalui permainan, msalnya
dengan mengadakan kuis atau cerdas cermat agar peserta didik tidak bosan apabila
selalu dalam proses pembelajaran yang formal.
2) Mengaitkan dengan dunia luar
Belajar
akan terasa sangat membosanan apabila hanya terpaku pada materi yang ada di
buku saja. Peserta didik juga sangat membutuhkan pengaplikasian secara
langsung, oleh karena itu sebaiknya pendidik harus pandai dalam mengaitkan
materi pelajaarannya dengan memberikan contoh dalam dunia nyata
Hal ini
dimaksudkan agar peserta didik bukan hanya paham secara tersirat saja tetapi
juga paham dalam pengaplikasian secara riil. Dan ini merupakan tantangan yang
sulit bagi pendidik untuk selalu menguhubungkan materi ajarnya dengan kejadian
dikehidupan sehari-hari.
3) Menggunakan metode yang variatif
Penggunaan
metode, pendekatan, teknik, gaya, media dan alat pengajaran yang bervariasi yang
dapat meningkatkan motivasi belajar dan menghilangkan kejenuhan
c.
Penggunaan cara dan perbuatan yang fleksibel, luwes dan menyenangkan. Keadaan
ini diharapkan dapat menghilangkan berbagai masalah yang mungkin terjadi
d.
Mengupayakan hal-hal yang positif bagi peserta didik dan menghindari sejauh
mungkin kesalahan yang dapat memancing peserta didik untuk bersikap negatif
kepada pendidik
e.
Mengedepankan sikap teladan dihadapan peserta didik dengan tujuan agar peserta
didik dapat lebih patuh dan hormat bukan karena rasa takut melainkan karena
rasa bangga peserta didik kepada pendidik. Selain itu agar peserta didik dapat
mencontoh hal yang positif dari pendidik.
4. Konsep
Tradisional dan Modern Pengelolaan Kelas
Konsep
pengelolaa kelas secara tradisional didefinisikan sebagai segala upaya yang
dilakukan oleh pendidik untuk menciptakan suasana kelas yang tertib dan
disiplin. Definisi ini mengarah kepada pengelolaan kelas yang otoriter, dimana
sentral dalam kelas hanyalah pendidik.
Pola
pembelajaran hanya ada ditangan pendidik. Konsep ini dibangun dengan asumsi
bahwa kelas yang disiplin adalah kelas yang patuh secara kepada pendidik,
peserta didik harus datang tepat waktu, tempat duduk peserta didik ditentukan
oleh pendidik, peserta didik tidak diperkenankan untuk melirik ke arah kiri dan
kanan, tidak ada suaru sedikitpun kecuali pendidik yang menerangkan, pendidik
menghukum peserta didik didepan teman-temannya apabila melakukan penyimpangan.
Hal-hal seperti itu dianggap indikator suksesnya kegiatan pembelajaran.
Ketika
pendidik melakukan usaha seperti contoh diatas maka yang ada peserta didik akan
merasa tertekan mengikuti pelajaran dikelas, peserta didik akan merasa tidak
nyaman dan merasa bosan jika berlamalama berada didalam kelas dan akibat yang
lebih fatal dari itu adalah peserta didik kehilangan motivasi belajar karena
sikap pendidik yang otoriter. Maka jelas hal itu bukan termasuk pengelolaan
kelas yang efektif.
Lain halnya
dengan konsep pengelolaan kelas secara modern. Pengeolaan kelas dalam konsep
modern dipandang sebagai proses mengorganisasikan atau memanfaatkan segala
sumber daya dikelas demi terciptanya proses pembelajaran yang efektif dan
efisien. Mengorganisasi segala sumber daya dimaksudkan agar pendidik mampu
memecahkan berbagai masalah yang menjadi kendala didalam kelas sekaligus
menciptakan suasana kelas yang kondusif secara berkesinambungan.
Selain
mengorganisasi sumber daya, satu hal yang tak kalah pentingnya adalah pendidik
harus mampu memahami karakter peserta didik sehingga dengan mudah pendidik
dapat menentukan gaya belajar yang sesuai. Peserta didik akan merasa enjoy dan
nyaman ketika pendidik mampu menggunakan metode dan strategi pembelajaran yang
sesuai, dengan begitu kelas akan menjadi kondusif dan proses pembelajaran akan
berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
5.
Perencanaan Pengelolaan Kelas
Pengelolaan
kelas bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, oleh karena itu pengelolaan
kelas membutuhkan perencanaan yang sebelum masuk kedalam kelas dan
pengorganisasian yang baik ketika dalam proses pembelajaran. Pendidik harus
berupaya menjadi “perencana” kelas yang baik. Ketertiban dan kedisiplinan dalam
kelas membutuhkan perencanaan yang optimal. Perencanaan harus dipikirkan secara
matang agar ketika didalam kelas pendidik mampu mengajar dengan baik, mengola
kelas dengan efektif dan dengan mudah menghadapi beragam masalah yang timbul.
Ada beberapa hal yang penting dalam perencanaan, sebagai berikut:
a.
Menyiapkan silabus dan RPP
b.
Mengenalisis karakter peserta didik yang akan mengikuti pelajaran
c. Mengukur
tingkat kemamuan peserta didik pada taraf sebelumnya
d.
Menyiapkan materi yang akan diajarkan
e.
Menentukan model pembelajaran serta merencanakan metode pembelajaran yang sesuai
dengan materi ajar
f.
Menentukan alat dan media pembelajaran yang akan digunakan
g.
Menentukan tempat dan waktu pembelajaran
h.
Menentukan sumber belajar yang dapat digunakan
i.
Menentukan alat evaluasi yang diperlukan
Alat
dan bahan :
1. Buku
2. Peralatan tulis
3. Kamera
4. Reward (berupa pulpen yang di berikan
bagi yang menjawab dan bertanya)
Analisis
Data
Data yang
didapatkan dari kelas 12 ( A ) siswa SMK Nusa Penida terdiri dari 19 siswa yang
terdiri dari 12 laki-laki dan 7 perempuan. Kesimpulan ditarik berdasarkan
Observasi yang dilakukan serta diskusi kelompok yang kemudian akan menunjukkan
bagaimana Manajemen kelas yang ada di SMK Nusa Penida.
Objek
atau Subjek
Data yang
diambil adalah di sekolah SMK Nusa Penida Medan dengan subjek penelitian adalah
siswa kelas 12 SMK Nusa Penida. Populasi
siswa di SMK Nusa Penida berjumlah sekitar orang, sedangkan sampel yang digunakan
berjumlah 21 orang yang diambil dari kelas 12 ( kelas A )
Jadwal
Pelaksanaan
9 Maret
2017 : Menetukan sekolah yang akan diobservasi
10 Maret
2017 : Mensurvey lokasi sekolah SMK Nusa Penida, dan bertanya mengenai kesediaan
sekolah dalam pengambilan data
11 Maret
2017 : Sekolah Menyatakan bersedia
13 Maret
2017 : Mengurus surat izin dari fakultas
16 Maret
2017 : Berdiskusi dengan kelompok mengenai pelaksaan observasi
20 Maret
2017 : Berdiskusi mengenai pertanyaan dan hal-hal yang ingin disampaikan
23 Maret
2017 : Surat izin dari fakultas keluar
29 Maret
2017 : Membeli reward berupa pulpen untuk siswa SMK yang menjawab pertanyaan
30 Maret
2017 : Melakukan observasi ke SMK Nusa Penida Medan
Kalkulasi
Biaya
1. Membeli
reward ( pulpen ) : Rp 12.000,-
Pelaksanaan
Penelitian
dilakukan pada tanggal 30 Maret 2017 ke sekolah SMK Nusa Penida. Kelompok
berangkat dari rumah masing-masing pada pukul 08:30 WIB dan sampai di sekolah
SMK Nusa Penida pada pukul 10:00 WIB. Sebelum melakukan observasi kelompok
membagi tugas untuk didalam kelas. kelompok memasuki ruang guru untuk berbicara
terlebih dahulu kepada kepala sekolah SMK Nusa Penida dan berdiskusi mengenai
kelas mana yang akan diobservasi. Kelompok dibawa oleh ibu guru untuk memasuki
ruangan kelas yang pada saat itu sedang belajar matematika. Guru mempersilahkan
kami masuk dan mengulang pembelajaran dari awal agar hal yang ingin diobervasi
bisa berjalan maksimal. Kelompok mengamati cara guru menerangkan dan atensi
siswa selama kurang lebih 25 menit.
Pelaporan
dan Evaluasi
Laporan
1. Teori Belajar
Dalam kegiatan pembelajaran di SMK Nusa Penida dipandu metode yang digunakan adalah Metode ceramah
plus tanya jawab dan tugas (CPTT).
Metode ini adalah metode mengajar gabungan antara ceramah dengan tanya jawab dan pemberian tugas.
Metode campuran ini idealnya dilakukan secar tertib, yaitu :
1). Penyampaian materi oleh guru.
2). Pemberian peluang bertanya jawab antara guru dan siswa.
3). Pemberian tugas kepada siswa.Langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang diterapkan guru
Metode ini adalah metode mengajar gabungan antara ceramah dengan tanya jawab dan pemberian tugas.
Metode campuran ini idealnya dilakukan secar tertib, yaitu :
1). Penyampaian materi oleh guru.
2). Pemberian peluang bertanya jawab antara guru dan siswa.
3). Pemberian tugas kepada siswa.Langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang diterapkan guru
2. Motivasi
Berdasarkan
hasil pengamatan, motivasi siswa SMK Nusa Penida Medan yang paling dominan
adalah motivasi instrinsik yaitu lebih menekankan motivasi belasal dari dalam
diri sendiri. Pada saat observasi dilakukan, salah satu teman kami menanyakan
tentang hal tersebut, dan salah satu seorang siswa menjawab bahwa motivasi ia masuk
SMK bukan dorongan dari luar, melainkan doronngan dari dalam diri sendiri.
3. Orientasi Belajar
Orientasi
belajar yang digunakan adalah perpaduan antara Student-Centered Learning (SCL)
dan Teacher-Centered Learning (TCL). Namun yang lebih dominan adalah TCL.
Orientasi
SCL terlihat dengan adanya diskusi dalam membahas soal dalam kelas, tampak
seorang guru memberikan solusi dalam menggerjakan soal tersebut.
Orientasi
TCL terlihat ketika guru menerangkan di depan dengan gaya presentasi dan siswa
memperhatikan guru. Selain itu guru juga memberikan contoh soal yang dikerjakan
secara bersama dengan para siswa.
4. Manajemen Kelas
a. Lingkungan
Fisik Kelas
Ruang-ruang
kelas di SMK Nusa Penida Medan cukup luas sehingga ruangan tidak terlalu padat.
Siswa dalam kelas terdapat 18 siswa. Fasilitas seperti papan
tulis,proyektor,jam dinding kipas angin, dan meja belajar ada di dalam ruangan.
Seperti sekolah pada umumnya, setiap dua orang siswa berada di meja yang sama.
Kelas menggunakan white board dan mempunyai sebuah proyektor yang tergantung di
langit-langit atap kelas.
Hal
yang disayangkan adalah kondisi kelas yang berada di lantai 3. Di dalam kelas
juga jam dinding tampaknya mati, sehingga waktu tidak menunjukan dengan sesuai.
Pada kondisi umum, gaya penataan kelas adalah gaya auditorium dimana semua
siswa duduk menghadap guru. Gaya auditorium ini menmbatasi kontak antar siswa
tatap muka dan guru bebas bergerak kemana saja.
b. Gaya
Pengajaran
Gaya
pengajaran yang digunakan oleh Guru Matematika ketika observasi dilakukan
adalah gabungan antara gaya permisif dan otoritatif. Guru tidak
memberikan banyak dukungan untuk pengelolaan perilaku namun guru melibatkan
murid dalam kerja sama dan menjelaskan aturan untuk dipahami dalam pengerjaan
tugas. Hal ini terlihat ketika guru membahas soal di depan, namun sekalian
mendiskusikannya kepada murid-murid.
Dari data
yang diperoleh didapatkan hasil sebagai berikut :
- Pada
awal saat memulai pembelajaran, guru selalu memberikan motivasi pada siswa agar
semangat dalam mengikuti pelajaran dan fokus karena sebentar lagi para murid
akan menghadapi ujian nasional
- 2
orang menyatakan bahwa mereka memilih sekolah kejuruan karena motivasi
intrinsik ( dorongan dalam diri )
- 3
orang menyatakan bahwa suasana kelas sudah cukup nyaman untuk proses belajar
- 2
orang menyatakan lebih suka belajar dengan santai
- 1
orang menyatakan bahwa nyaman-nyaman saja berada disuatu kelas bersama dengan
teman-teman yang memilik beragam suku dan agama
Desain Poster
Evaluasi
Beberapa
halangan seperti jadwal perkuliahan yang padat, kesepakatan mengenai jadwal
observasi, kesempatan tiap anggota kelompok, dan sebagainya, menjadi alasan
observasi ini dilaksanakan sedikit terlambat. Setelah membuat kesepakatan
dengan pihak sekolah, akhirnya observasi ini dapat dilakukan, tepatnya pada
tanggal 30 Maret 2017.
Observasi
yang dilakukan sedikit melenceng dengan waktu yang ditargetkan, observasi
seharusnya dilakukan sekitar pukul 08.30, namun karena alasan tertentu membuat
observasi harus diundur hingga pukul 9.30. sebelum kami melakukan observasi,
kami menyiapkan reward (berupa pulpen) untuk diberikan kepada siswa yang aktif
dalam menjawab ataupun memberikan pertanyaan. Meskipun mayoritas diantara siswa
telihat kurang kompetitif dan malu untuk berbicara, beberapa siswa terlihat
bersemangat dan menunjukkan sikap apresiatif terhadap reward yang kami berikan.
Beberapa
kendala lainnya adalah sikap kurang kondusif yang terdapat didalam kelas yang
kami observasi. Siswa laki-laki (dimana karena laki-laki menjadi kaum mayoritas
dikelas tersebut) sangat mudah untuk memancing keributan tanpa mempedulikan 2
orang guru yang mendampingi kami selama observasi, beberapa sikap kurang sopan
juga ditunjukkan oleh mereka, sehingga tidak jarang kami merasa kesulitan
ketika memulai pembicaraan dengan mereka.
Terlepas
dari beberapa kendala yang terdapat pada observasi ini, secara keseluruhan,
mini proyek ini dapat terlaksana dengan lancar.
Testimoni
- M
Pranandha S : Selain observasi ini dapat meningkatkan pemahaman saya tentang
implementasi dari teori-teori yang telah kami pelajari sebelumnya, observasi
ini juga menambah pengalaman saya dalam menekuni bidang psikologi.
- Vania
Salsabyla : Observasi ini sangat berguna untuk menambah pengalaman saya. Dimana
saya melihat bahwa kondisi kita dalam belajar sangat penting guna menarik
perhatian kita pada materi yang diajarkan oleh guru. Meskipun banyak siswa yang
terlihat kurang termotivasi dan masih malu untuk memberi pendapat tapi hal itu
saya maklumi karena mereka masih dibangku sekolah, dimana belum menuntut mereka
untuk tampil didepan kelas. ada beberapa siswa yang sangat ramah atas kehadiran
kelompok kami dan hal itu membuat saya sangat senang karena mereka memberikan
respond yang baik terhadap hal-hal yang kami tanyakan.
- Erika
Sustari : Tugas mengobservasi ini
pengerjaannya memang mudah tapi juga susah. Saat mengobservasi juga banyak hal
yang terjadi yang bisa menjadi pengalaman cukup berharga dengan cara memaknai
setiap kejadian yang terjadi.
- Risky
Amelia : Pemberian tugas untu observasi ke sekolah sangat menarik buat saya,
dan merupakan hal yang baru buat saya. Selama melakukan observasi saya merasa
senang dan bersemangat walaupun ada sedikit kesal karena tingkah siswa yang
kurang baik dalam merespon kedatangan kami. Obervasi yang kami laksanakan
menambah pengetahuan baru bagai saya, salah satunya bagaimana cara
mengobservasi. Dan kegiatan ini juga melatih saya untuk lebih aktif, berani,
dan lebih pintar untuk membaca situasi yang ada khususnya pada lingkungan baru,
serta lebih memahami dan mengerti bagaimana cara untuk bersosialisasi dengan
lingkungan yang baru pula.
- Fernaldo
Frans : Saya begitu semangat saat ingin mengobservasi di SMK Nusa Penida
dikarenakan dapat menambah pengalaman saya sebagai calon peneliti tentunya.
Dibalik itu terdapat kesenangan sendiri dimana teringat-ingat saat suasana
masih di sekolah dulu, walau sedikit tidak seperti yang diharapkan saat
observasi berlangsung, dapat melakukan observasi adalah pengalaman yang luar
biasa
- Helen
Oktavia : Saat melakukan observasi saya sangat antusias karena ini adalah
pengalaman baru untuk saya. Walaupun siswa SMK Nusa Penida terlihat memiliki
sikap antusias yang kurang baik, tetapi beberapa orang juga memberi respond
yang positif atas kedatangan kelompok kami
- Via
Dwi Wulandari : Melakukan observasi di SMK Nusa Penida cukup menyenangkan untuk
saya, dimana saya bisa melihat proses belajar didalam kelas 12 dan membuat
kesimpulan atas apa saja yang terjadi pada saat proses belajar berlangsung.
Kesempatan ini menambah pengalaman saya dan memberikan saya beberapa pelajaran
mengenai pentingnya sebuah manajemen kelas untuk menambah motivasi siswa
Dokumentasi
- Halaman
depan SMK Nusa Penida
- Saat
guru sedang menyampaikan materi
- Foto
bersama siswa kelas 12 ( A ) SMK Nusa Penida
- Foto
dengan kepala sekolah SMK Nusa Penida
- Mendapat
surat balasan dari SMK Nusa Penida untuk Fakultas Psikologi USU
Daftar
Pustaka
- Santrock.,
J.W. 2008. Psikologi Pendidikan ( edisi kedua ). Jakarta : Prenada Media Group
0 komentar:
Posting Komentar